Seperti biasa...ketika begitu banyak pikiran yang bermain di kepala, kelihatannya lebih pas kalo dituangkan dalam tulisan gak jelas...yang kadang-kadang cuma bisa dimengerti oleh yang nulis. Nggak apalah...di blog sendiri ini...hehehe
Beberapa waktu yang lalu salah satu sahabat saya memutuskan untuk memulai pekerjaan di tempat yang baru. Dari 1 sudut (sudut merah...hehehe seperti tinju), kondisi di tempat yang baru jauuuuh lebih baik dari kondisi saat ini. Dari mulai (standar) struktur kompensasi, kemungkinan pengembangan keterampilan, tanggung jawab dan aktualisasi diri sampai pengembangan network yang lebih luas. Di sudut biru ada handicap nya juga. Budaya kerja long hour sudah sangat kuat tertanam di tempat kerjanya yang baru, sehingga sahabat saya ini belum apa-apa sudah 'ditatar' untuk membangun kebiasaan yang sama...pulang malam.
Sebagai ibu muda dengan 1 anak yang lucuuu (sudah dicanangkan sebagai calon mantu hihihi), kondisi itulah yang paling memberatkan sahabat saya. Nah...intinya, dia cerita bahwa sebagian besar orang menyarankan dia tidak mengambil pekerjaan itu. Sementara saya....justru menyarankan untuk ambil. Kontroversial ya? (hehehe...nggak juga sih, biasa aja) Waktu saya berdiskusi dengannya, saya hanya bertanya: Kalo lo udah tahu dengan kondisi lo itu, siap gak ambil resikonya? Dapat dukungan nggak dari suami dan keluarga? Lonya sendiri pengen apa nggak? Kalo iya, dan lo yakin...ambil!!! (gara-gara saya kasih saran ini, saya dimarahi oleh teman yang lain...hehehe)
Ungkapan 'hidup itu pilihan' pasti sudah banyak yang hafal. Kayaknya gak perlu diterangin lagi bahwa setiap orang berhak untuk memilih menjalani hidup seperti apa. Ibarat buku 'pilih sendiri petualanganmu', semua hal yang kita alami pasti ada hubungannya dengan pilihan yang kita ambil di masa lalu.
Masih ada hubungan dengan pilihan, tapi tidak ada hubungannya dengan karma, kalau kita melakukan sesuatu terhadap orang lain, kita juga harus siap menerima resiko dari tindakan kita itu (baik atau buruk) ... yah...istilah kerennya: what goes around comes around , siapa menebar angin dia menuai badai ... :)
Jadi, jangan pernah sepelekan pesan filosofis yang selalu dikumandangkan oleh mbak-mbak robot di dalam Transjakarta setiap mau sampai di satu halte: "Periksa barang bawaan anda, dan hati-hati dalam melangkah..." ;))
2 comments:
Duh, ini gue mau kasi komen apa yak. Setiap kalimat lo komentarin sendiri, lo garingin sendiri. tobat deh gue. Ini pasti jenis2 bahasa yang mungkin gak akan dikenali oleh anak lo. Yah, mirip2 kata2 handai taulan atau amboi, atau nian, yang sekarang sudah diambang kepunahan itu.
teman kita yg satu itu sudah mendarat dengan selamat di daratan sana. Ternyata loe yg mendukung abis2an toh?? (abis2an? mendramatisir dikit). O, iya, coment ya? hmmm.. ya', bagus..! (standard pak Tino Sidin)
Post a Comment