06 August, 2008

My Stupid Idealism...

Secara fatalistik, hari ini gue memutuskan untuk menarik dukungan gue terhadap seorang calon pemimpin. Semua hanya karena informasi yang gue dapat dari sebuah sumber bacaan tepercaya mengenai dia, yang menunjukkan bahwa dia tidak membawa sebuah perubahan. Dia mungkin 'percaya akan perubahan', tapi dia kemungkinan besar tidak akan membuatnya.

Hal-hal fatalistik, all or nothing seperti ini gue sadari cukup sering gue yakini dan gue lakukan. Teman-teman terdekat gue sudah sadar, bahwa adalah suatu hal yang sia-sia untuk mengajak gue duduk-duduk sambil minum kopi di sebuah merek kedai kopi yang ada dimana-mana itu...; atau untuk membuat gue subscribe ke sebuah operator telekomunikasi yang banting harga (mudah2an bukan harga diri) nya gila-gilaan. Mereka juga mengerti ketika gue pernah nolak kerjaan bagus di sebuah perusahaan manufacturing yang memproduksi racun nikotin. Gue akan dengan santai bilang: "I don't consume them...I'm boycotting their products..." Semua karena sebuah informasi atau fakta yang membuat gue dengan yakin bisa bilang 'nggak' ke mereka..apapun itu. Hmm...kenapa sih? Apa sih yang membuat gue punya sikap seperti itu? If you claim that you're my friend, then you should have already known the reasons... :))

Untuk sikap gue di atas, gue pernah diketawain sejadi-jadinya oleh beberapa orang. Ada yang bilang: "Eh, gak ngaruh kalo mereka kehilangan konsumen satu kayak lo doang. Masih banyak jutaan lain yang akan beli produk mereka".. atau yang ini: "Emang lo kira dengan begitu lo bisa mengubah keadaan?".. atau yang lebih menohok lagi: "Lo gila ya, coba lo bayangin kalo semua orang kayak lo..lo udah bikin ribuan orang jadi pengangguran..lo egois!" ...yah, mungkin gak verbatim begitu kata mereka, tapi kira-kira begitulah.. yang lucu ini: "Ih...lo tuh mikirnya lama, bikin keputusan lama, jadinya begini deh...aneh2" Ada juga yang menyetujui pola pikir gue: "Iya sih...tapi gimana donk, gue sih nyari yang murah".

Hmmm...mereka gak salah..mereka semua punya kebenaran masing-masing.
Benar bahwa gue gak akan bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik. Apa sih artinya kehilangan 1 konsumen? Mereka gak akan rugi... tapiiii...gue belajar dari orang-orang berikut:

  1. Rasulullah SAW: Lewat Haditsnya, gue belajar bahwa kalo lo mau buat perubahan, lo gak harus langsung bikin yang langsung dampaknya. Kalo lo gak bisa ubah keadaan saat itu, minimal lo harus niatkan...itu interpretasi gue. Sori, gue lupa detail kata-kata Haditsnya..takut salah.
  2. Gandhi: Ketika dia melancarkan protes, dia gak melakukannya dengan anarki...dia melakukannya dengan tenang, diam. (Cool, right?!!)
  3. Aa Gym dan Michael Jackson (lho, ngapain orang yang terakhir ini di sini???) Ingat lagunya "Man in The Mirror"? Naaah...itu sebabnya Michael Jackson ada di tulisan ini :)). Mirip dengan nomor 1, operasionalnya adalah sebagai berikut kira-kira: Kalau lo mau mengubah sesuatu, lo mulai dari yang simpel, dan terapkan sama diri sendiri, gak usah ajak-ajak orang lain. Gue gak ngajak-ngajak orang untuk bersikap sama dengan gue. Emang, kalo ditanya kenapa, gue akan bilang alasannya. Tapi gue gak ngelarang mereka untuk tetap mengkonsumsinya.. Gue tetap respek terhadap para konsumen produk-produk itu (yah...masalah respek nggak nya gue sama orang akan beda lagi ceritanya).

Jadi, yang gue lakukan adalah bentuk protes gue terhadap pihak-pihak di atas. I don't make open war with them...since i'm not seeking for win-lose situation. Gue cuma yakin pada idealisme gue. Dan kebetulan idealisme gue emang suka aneh2. Tapi, apa artinya jadi orang merdeka kalo kita gak bisa punya idealisme sendiri? Selama gak melanggar agama gue dan gak ngerugiin orang lain, tentunya...

Hihihi...jadi ingat kata2 seorang teman yang ikut menyetujui sikap gue ini: "idealisme itu individual sifatnya. Jadi tidak seharusnya konformis...hahaha...idealisme kok konformis"

2 comments:

-aris- said...

(diulang nih..)

setelah sekian lama, akhirnya ada postingan jugaaa!!! congrats!!

IMHO, kalo mau total idealis, tokoh yg paling top adalah Ghandi himself.

Gue juga kadang suka idealis, tapi lama2 agak capek juga. Karena gue ngerasa kalo gue mau idealis harus total, gak setengah2. Agak repot ya.. jadi gue mulai flexible.

Jadilah open minded sebagai langkah pembenaran buat gue... :)

I totally respect your idealism, dude!

Mutiara Pratiwi Djamil said...

Sekedar update ya...

Gue kepikir untuk membatalkan niat mulia nonton sebuah grup musik handal yang akan main bulan Januari. Semua hanya karena....oknum berbentuk negara seukuran 'kecamatan' yang belagunya setengah mati!!! --> belum memutuskan sih...baru mempertimbangkan...hehehe