11 December, 2006

Das Leben der Anderen vs Deja Vu

Akhirnya Jiffest datang lagi. Tahun ini gue tidak seberuntung tahun lalu, yang berhasil dapet tiket untuk opening dan closing screening nya. Berkat keleletan diri sendiri dalam membeli tiket dan kesimpangsiuran jadwal penjualan tiket dari panitia, gue gagal nonton Babel (opening) dan Blackbook (closing).

Anyway...kemaren gue nonton The Lives of Others. Film Jerman yang mengambil setting Jerman Timur 5 tahun sebelum runtuh dan bersatu dengan Jerman Barat. Terbantu oleh teks Inggris, gue berhasil mengapresiasi film ini. Agak-agak ada spot yang terlewat karena badan kelewat lelah setelah menghajar diri di gym selama setengah jam.

Kurang lebih ceritanya seperti ini (sumber: website jiffest):
Five years before its downfall, the former East-German government cemented its claim to power with a ruthless system of control and surveillance. Captain Gerd Wiesler is ordered to collect evidence against the playwright Georg Dreyman and his girlfriend, the celebrated theater actress Christa-Maria Sieland. But he doesn’t anticipate that he will soon immerse himself in the subjects on whom he spies. The duty becomes an obsession to Wiesler, an obsession that lead hims to a more dangerous consequence.

Yang menarik di film ini: seorang ahli spionase, interogator handal yang paling ditakutin sama murid-muridnya, bisa tergerak hatinya. Entah apa yang bikin dia segitu ngototnya ngelindungin orang yang dia mata-matai sendiri. Ending film ini juga manis. * AWAS, SPOILER ALERT* : Si penulis mempersembahkan sebuah buku untuk Wiesler. Ketika Wiesler membeli buku ini, dan si penjaga toko nanya mau dibungkus kado apa nggak, Wiesler menjawab: No, it’s for me

Film di atas gue tonton sehari setelah nonton Deja Vu, film Amerika yang diproduseri oleh Jerry Bruckheimer yang menceritakan agen ATF yang menyelidiki peristiwa peledakan sebuah kapal Ferry. Mirip film Timeline, di film ini dimunculkan sebuah teknologi untuk bisa melihat ke masa lalu (tepatnya empat setengah hari yang lalu), bahkan untuk ‘mengirim’ item tertentu ke periode tersebut (mulai dari surat sampe orang). Ide yang menarik… dan mungkin. Berhubung manusia di dunia ini udah gak ketulungan pinternya, bukan gak mungkin teknologi ini akan ada (atau mungkin jangan-jangan udah ada???). Yang mengganggu dan bikin drop adalah endingnya. *SPOILER ALERT LAGI* Amerika sekali…seorang jagoan, bagaimanapun caranya harus dan pasti akan selamat dari maut, dan tetap jadi pahlawan. Yang membedakan cuma materialnya aja…kalo dulu jagoan selalu berhasil selamat dari api (settingnya keluar dengan slow motion dari mobil atau gedung yang terbakar, dengan efek asap-asap gitu), maka sekarang si jagoan berhasil dianggap hidup setelah tenggelam (logikanya dimanaaaa???)

Itulah yang membuat gue menikmati film Amerika untuk hiburan, sementara gue CINTA sama film Eropa untuk ditonton berulang-ulang. Kenapa? Falsafah bittersweet dan bloody truth nya itu lhooo….!!!!

No comments: